Kisah Air Mata...
embun menetes ketika gelap belum juga sirna
kukira sinar mentari pun hanya akan menyelinap sesekali dia mampu
jalan yang lengang ini menjadi teman kenyamananku
sebelum ia bising oleh lalu lalang orang-orang
hati hangat terterpa sinarnya
bersembunyi sang bulan pagi
cantiknya memucat dalam terang dunia
kini mentari memijar di ruang jagad yang terjaga
seperti itulah hariku kemarin
dibalut kisah dan nostalgia elegi janji hari
kepak hati kearah penjuru mata angin
sudah beribu liku aku arungkan
tetap hati ini adalah lemah dan tak kumiliki seutuhnya
rasa tumbuh hidup dalam asa
menjalar rindang meneduhi rona sayang
sekejap simpul senyum adalah dahaga kasih
belai lentik dan genggam tangan menjadi riuh bagi cinta
bagian hatiku keberharap selagi mentari terus terjaga
kerenungkan seluruh makna
kusampaikan sayang ini melalui udara malam pada temaran bulan yang cantik
kutetap berusaha bermimpi dalam rengkuk tubuh yang nyaris tanpa selimut
bahwa kau adalah kekasihku
bahwa kau adalah bunga hidupku yang membuat ku semerbak
bahwa begitu besar kau ciptakan samudera tanpa ombak dan badai
dan betapa jiwa ini tak mampu untuk berpikir mambalas segalanya
elegi ini
adalah roman yang anggun
kuingin kau tahu
aku hanya ingin bersabar
seperti perpisahan yang kudapatkan ketika aku telah berdoa memohon segenap cinta
seperti luka yang menggoresku ketika aku telah melaksanakan sebuah kehati-hatian yang besar
cintaku tak pernah jauh dari hati yang sabar
sayangku tak mampu beranjak dari jiwa yang lemah lembut
perhatianku tak ingin lepas dari sosok yang tertunduk
dan hidupku ingin selalu dekat dengan keikhlasan
elegi ini adalah roman yang begitu banyak menitikkan airmata
sayang dan doaku selalu menyertaimu.... bulan pagi